Ketika mengatakan bahwa Tuhan dapat melakukan sesuatu, kita maksudkan bahwa jika menghendaki, Dia akan melakukannya, dan jika tidak, Dia tidak akan melakukannya. Jadi ketika membandingkan konsep kemampuan dengan konsep kehendak, kita menyadari bahwa segala kehendak lebih terbatas dibandingkan segala kemampuan.
Sebuah contoh sederhana: Anda dapat berbicara atau tetap diam pada suatu saat, artinya, Anda memiliki kemampuan untuk melakukan keduanya. Jika ingin berbicara, Anda akan berbicara dan jika tidak ingin berbicara, Anda akan tetap diam. Jadi, kekuatan Anda meliputi keduanya. Namun yang manakah yang akan Anda kehendaki? Anda menghendaki salah satu darinya. Anda menghendaki, baik untuk berbicara maupun tetap diam. Jadi, kekuatan Anda lebih luas daripada kehendak Anda, karena kemampuan meliputi, baik aksi maupun nonaksi, sementara kehendak hanya meliputi salah satu dari keduanya, baik aksi maupun nonaksi. Seseorang memmiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya pada waktu yang bersamaaa, tetapi dia tidak dapat menghendaki eksistensi dan noneksistensi dari sesuatu pada waktu yang sama. Jadi, jika membandingkan kemampuan dan kehendak, kita menyadari bahwa jangkauan kehendak lebih terbatas daripada jangkauan kemampuan.
Demikian juga, Tuhan tidak menghendaki semua yang dapat saja dilakukan-Nya. Pelbagai hal dapat dilakukan-Nya, tetapi Dia tidak ingin melaukannya. Di sini orang mungkin bertanya, apa yang membatasi kehendak Tuhan, sehingga dia tidak menghendaki segala sesuatu? Kadang kala terjadi bahwa kehendak tidak ada hubungannya dengan melakukan atau tidak melakukan perbuatan, karena alasan sederhana, bahwa meletakkan dua hal ini secara bersamaan akan menyebabkan kontradiksi dan sebuah kemustahilan, seperti menghendaki eksistensi matahari dan tidak adanya matahari pada waktu yang sama. Jelaslah bahwa hal seperti itu mustahil terjadi. Namun terdapat hal-hal lain yang, meskipun tidak mustahil, tidak Tuhan kehendaki. Mengapa? Apa yang menghalangi kehendak Tuhan dari menghendaki hal-hal tertentu?
Barangkali Anda pernah mendengar bahwa sebagian ilmuwan teologi mengatakan bahwa “Timbulnya perbuatan buruk dari Tuhan adalah mustahil” Hal ini tepat seperti apa yang telah kita katakan. Namun, pertanyaan pokoknya adalah “Apakah Tuhan tidak mampu menghasilkan perbuatan yang buruk?” Kita mengetahui bahwa kemampuan-Nya adalah tidak terbatas, dan bahwa Dia dapat melakukan apapun yang mungkin dilakukan. Namun tidak semua yang berada dalam kemampuannnya dikehendaki. Kehendak Tuhan tidak meliputi hal-hal tertentu. Dia tidak ingin melakukan perbuatan- perbuatan tertentu. Dia tidak ingin memasukkan orang yang melakukan kejahatan ke dalam surga. Mengapa? Jika Dia melakukannya, apa yang akan terjadi? Mengapa kehendak Tuhan tidak meliputi perbuatan ini? Banyak hal lain yang tidak dikehendaki oleh Tuhan.
Jawaban sederhana yang dikemukakan sehubungan dengan hal ini adalh bahwa akal mengatakan perbuatan ini jahat, karenanya, Tuhan tidak ingin melakukan dan tidak menghendakinya. Tentu saja, tujuan yang nyata dapat muncul di sini: Apakah Tuhan menerima perintah dari akal? Akal merupakan salah satu makhluk-Nya; Apakah Dia menciptakannnya untuk mengeluarkan perintah kepadaNya, dan menulisksan daftar perintah kepadaNya?
Sebuah contoh sederhana: Anda dapat berbicara atau tetap diam pada suatu saat, artinya, Anda memiliki kemampuan untuk melakukan keduanya. Jika ingin berbicara, Anda akan berbicara dan jika tidak ingin berbicara, Anda akan tetap diam. Jadi, kekuatan Anda meliputi keduanya. Namun yang manakah yang akan Anda kehendaki? Anda menghendaki salah satu darinya. Anda menghendaki, baik untuk berbicara maupun tetap diam. Jadi, kekuatan Anda lebih luas daripada kehendak Anda, karena kemampuan meliputi, baik aksi maupun nonaksi, sementara kehendak hanya meliputi salah satu dari keduanya, baik aksi maupun nonaksi. Seseorang memmiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya pada waktu yang bersamaaa, tetapi dia tidak dapat menghendaki eksistensi dan noneksistensi dari sesuatu pada waktu yang sama. Jadi, jika membandingkan kemampuan dan kehendak, kita menyadari bahwa jangkauan kehendak lebih terbatas daripada jangkauan kemampuan.
Demikian juga, Tuhan tidak menghendaki semua yang dapat saja dilakukan-Nya. Pelbagai hal dapat dilakukan-Nya, tetapi Dia tidak ingin melaukannya. Di sini orang mungkin bertanya, apa yang membatasi kehendak Tuhan, sehingga dia tidak menghendaki segala sesuatu? Kadang kala terjadi bahwa kehendak tidak ada hubungannya dengan melakukan atau tidak melakukan perbuatan, karena alasan sederhana, bahwa meletakkan dua hal ini secara bersamaan akan menyebabkan kontradiksi dan sebuah kemustahilan, seperti menghendaki eksistensi matahari dan tidak adanya matahari pada waktu yang sama. Jelaslah bahwa hal seperti itu mustahil terjadi. Namun terdapat hal-hal lain yang, meskipun tidak mustahil, tidak Tuhan kehendaki. Mengapa? Apa yang menghalangi kehendak Tuhan dari menghendaki hal-hal tertentu?
Barangkali Anda pernah mendengar bahwa sebagian ilmuwan teologi mengatakan bahwa “Timbulnya perbuatan buruk dari Tuhan adalah mustahil” Hal ini tepat seperti apa yang telah kita katakan. Namun, pertanyaan pokoknya adalah “Apakah Tuhan tidak mampu menghasilkan perbuatan yang buruk?” Kita mengetahui bahwa kemampuan-Nya adalah tidak terbatas, dan bahwa Dia dapat melakukan apapun yang mungkin dilakukan. Namun tidak semua yang berada dalam kemampuannnya dikehendaki. Kehendak Tuhan tidak meliputi hal-hal tertentu. Dia tidak ingin melakukan perbuatan- perbuatan tertentu. Dia tidak ingin memasukkan orang yang melakukan kejahatan ke dalam surga. Mengapa? Jika Dia melakukannya, apa yang akan terjadi? Mengapa kehendak Tuhan tidak meliputi perbuatan ini? Banyak hal lain yang tidak dikehendaki oleh Tuhan.
Jawaban sederhana yang dikemukakan sehubungan dengan hal ini adalh bahwa akal mengatakan perbuatan ini jahat, karenanya, Tuhan tidak ingin melakukan dan tidak menghendakinya. Tentu saja, tujuan yang nyata dapat muncul di sini: Apakah Tuhan menerima perintah dari akal? Akal merupakan salah satu makhluk-Nya; Apakah Dia menciptakannnya untuk mengeluarkan perintah kepadaNya, dan menulisksan daftar perintah kepadaNya?